Welcome to Ukie's Blog


Selamat datang di Uki Prasetyo Blog

Senin, 12 Januari 2009

Pornografi di dunia maya

indosiar.com, Jakarta - Komunikasi di dunia maya saat ini sudah tidak asing lagi dan semakin berkembang. Selain cepat, kita pun dapat berselancar ke berbagai situs untuk mendapatkan informasi yang diinginkan. Sayangnya, dunia maya juga tidak luput dari pornografi. Bahkan, sangat sulit sekali membendung arus pornografi itu.

Kemajuan teknologi memang telah mengantarkan kita ke berbagai hal di seluruh penjuru dunia, hingga ke dalam ruang pribadi sekali pun. Arus pornografi pun ikut masuk dan tidak terbendung. Bahkan, kemajuan teknologi itu sendiri semakin memudahkan orang untuk menemukan berbagai hal terkait syahwat.

Jika di media cetak orang bisa mendapatkan pelayanan seks berkedok pijat atau kontak jodoh, di internet layanan yang ditawarkan justru lebih vulgar.

Untuk mengakses situs yang memuat materi berbau pornografi tidak sulit. Jika tidak tahu alamat situsnya pun, bisa hanya dengan hanya mengetik kata kunci pada situs pencari saja. Dalam beberapa detik, maka sejumlah situs porno yang diinginkan akan muncul di layar computer.

Jika tidak memiliki komputer pribadi di rumah, ada cara mudah untuk mengakses internet. Saat ini bertebaran warung - warung internet atau populer disebut warnet di berbagai tempat.

Dengan harga sewa yang relatif murah, tidak sulit lagi untuk mengakses aneka situs yang diinginkan, termasuk situs yang memuat materi porno untuk memuaskan hasrat seks melalui internet atau dikenal dengan Cybersex.

Meski pengelola Warnet dapat memantau perilaku pelanggannya, tetapi mereka tidak dapat begitu saja menghentikan aksi Cyberseks itu.

Dampak dari perilaku sebagian pengguna warnet, justru menimbulkan citra negatif bagi pengguna maupun warnet itu sendiri. Padahal, kebanyakan Warnet digunakan kalangan pelajar dan mahasiswa yang memerlukan data untuk memudahkan tugas - tugas mereka dan tidak semuanya menggunakan internet ke arah pornografi.

Segmen 2

Internet sesungguhnya diciptakan sebagai alat untuk mempermudah saling berkomunikasi maupun mencari berbagai data. Namun, kemudahan itu kemudian menjadi celah pula bagi kelompok yang ingin mencari uang dengan cara sesat. Di antaranya adalah kehadiran para wanita panggilan yang sengaja menggunakan media online untuk menjajakan diri.

Fasilitas internet, diakui banyak pihak sangat membantu dalam menyelesaikan berbagai kepentingan. Baik untuk bidang pekerjaan, pendidikan, maupun sekedar untuk bersosialisasi. Itu pula yang membuat internet makin banyak digunakan, terutama sejak dekade 1990 an.

Efektivitas dalam pengiriman data, baik berupa gambar maupun teks, juga dimanfaatkan pengguna teknologi internet untuk berkomunikasi satu sama lain. Nah.. Ini pula yang dimanfaatkan kelompok pekerja seks komersial untuk menjaring para pelanggannya. Mereka dengan sengaja memasukkan data diri mereka ke jaringan online ini.

Kecanggihan teknologi bersifat dinamis. Dari waktu ke waktu selalu ada penemuan baru yang semakin mewujudkan harapan manusia. Sejak web camera atau kamera mini dapat dipasang dan digunakan bersama pada computer, berselancar di dunia maya menjadi semakin menyenangkan. Dengan fasilitas tersebut, pengguna internet dapat saling mengirimkan gambar, termasuk gambar diri yang sifatnya pornografi.

Tak heran,saat ini banyak adegan seronok yang beredar luas di kalangan masyarakat. Jika dibiarkan, masalah semacam ini berpotensi meresahkan masyarakat.

Beda halnya dengan kalangan penyuka Cybersex, mereka justru menganggap layanan internet lebih memuaskan mereka.

Untuk menjaga kerahasiaan sekaligus menghindar dari jeratan hokum, biasanya dalam situs tertentu hanya dipasang nomor - nomor telepon yang bisa dihubungi. Untuk memastikan terkait jasa layanan seks itu, kami pun mencoba menghubungi salah satu nomor telepon.

Usai obrolan panjang, bila keduanya sepakat, biasanya akan dilanjutkan ke pertemuan untuk merealisasikan fantasi yang tadinya hanya menggantung dalam pikiran.

Kebanyakan, para pelaku cybersex mengaku memilih hotel berbintang sebagai tempat pertemuan, karena dianggap lebih aman dari razia yang biasa dilakukan aparat penegak hukum.

Segmen 3

Kehidupan serba bebas memang bukan semata dipengaruhi oleh teknologi yang berkembang. Faktor penentu paling utama tentu adalah moralitas manusia yang menggunakan teknologi itu sendiri. Bila memang memiliki moral yang lemah, ada atau tidak ada teknologi sekali pun, orang bisa menjadi mudah tergoda oleh kenikmatan duniawi yang sesaat.

Tidak dapat dipungkiri, tawaran berkencan lewat multi media memang semakin merebak. Meski penegak hukum telah berusaha menekan laju pertumbuhan prostitusi lewat media ini, baik lewat razia maupun aturan yang berlaku, tetapi Cybersex itu tetap berkembang, karena para pelakunya merasa mendapatkan keuntungan yang lumayan.

Para pekerja seks memiliki sejumlah jurus dalam menawarkan dirinya. Tidak semua memasang deskripsi secara vulgar. Ada yang hanya meletakkan profil diri di sebuah situs sebagai orang yang sedang mencari teman, layaknya kebanyakan muda - mudi di zaman sekarang. Biasanya, data mereka terselip di situs yang merupakan ajang untuk berkenalan atau mencari jodoh.

Bagi pekerja seks sendiri, mencari pelanggan melalui media online sebenarnya tidak jauh berbeda dengan wanita panggilan lainnya. Dengan media online mereka mendapatkan beberapa keuntungan. Misalnya saja, pelanggannya rata - rata berpendidikan.

Selain itu, bila calon pelanggan tidak berkenan, pekerja seks tidak perlu menghabiskan waktu atau mengeluarkan ongkos untuk datang ke tempat sang calon pelanggan.

Menggunakan media internet, bagi sebagian pekerja seks, juga sebagai cara untuk memperpendek mata rantai dagang. Jaringan online seakan menggantikan kerja mucikari.

Sementara, bagi pelanggan pun cukup menguntungkan mengingat si pekerja seks sudah merinci data diri. Berhubungan dengan pekerja seks yang menawarkan diri lewat media internet juga dianggap lebih nyaman. Apalagi, kebanyakan para pekerja seks itu berasal dari kalangan menengah atas.

Prostitusi bisa dikatakan sama tuanya dengan peradaban manusia, dan akan selalu mencari cara sendiri untuk mendapatkan tempatnya. Sementara, perkembangan teknologi yang kian pesat, sulit untuk dibendung. Meski demikian, kemajuan teknologi tidak dapat dituding sebagai penyebab utama penyebaran pornografi. Tanggung jawab pemanfaatan teknologi, terutama berada dalam kendali para pengguna itu sendiri.

Memang, manusialah yang harus bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya. Segala sesuatu, terpulang kepada manusianya itu sendiri. (Fitri Diani/Dv/Suprie)

Tidak ada komentar:

Ukie Prasetyo Tiyang Brebes Blog

Ayu nemen sung

Ayu nemen sung

Buku Tamu

Form

Selamat Datang di Situs Kami

Silakan isi identitas Anda

Nama : 

Email  : 

Komentar       :





Buku Tamu

Terima kasih atas kesediaan Anda mengisi buku tamu.


Klik di sini untuk melihat daftar para pengisi buku tamu.